Tuesday, May 8, 2018

KEBAHAGIAN ADA PADA DIRI KITA BUKAN DI LUAR DIRI KITA

KEBAHAGIAN ADA PADA DIRI KITA BUKAN DI LUAR DIRI KITA

        Ada suatu kisah, diceritakan ada seorang anak laki-laki  dewasa ingin mencari kebahagiaan, berbicaralah anak laki-laki tersebut kepada orang tuanya, (anak laki-laki): Pak saya ingin pergi dari rumah ini, untuk mencari kebahagian, (orang tua): Mau pergi kebahagian kemana nak? (anak laki-laki): saya ingin mencari kebahagian kemana saja yang saya mau,  (orang tuanya): Jangan pergi jauh nak, kebahagian bisa kamu cari di sekitar kita, (anak laki-laki): (nadanya memaksa) Pokoknya Bapak dan Ibu harus mengijinkan saya mencari kebahagian, kalaupun Bapak dan Ibu tidak mengijinkannya, saya akan tetap pergi, singkat cerita orang tuanya mengijinkan anaknya yang memaksa ingin mencari kebagian, sebelum pergi Bapaknya berpesan ke anak laki-laki tersebut (bapaknya): Boleh nak kamu pergi untuk mencari kebagian, tapi Bapak pesan ini surat jangan kamu buka sebelum kamu menemukan kebahagian yang kamu cari, kalau kebahagiaan tidak kunjung tiba, barulah buka surat ini, maka pergilah anak laki-laki tersebut dengan niat mencari kebahagian.
        Anak laki-laki dewasa tersebut mulai mencari kebahagiaan yang diidam-idamkanya, kemana saja yang dia mau, pergi ke diskotik, pergi ke tempat hiburan malam, karoke, pergi ke tempat dugem, pergi ke tempat pelacuran, menikmati narkoba, sabu-sabu, ganja, heroin, bermain perempuan, berpoya-poya, pergi ke tempat-tempat perjudian, pertunjukan musik atau pertunjukan apapun yang menurut dia bakal menemukan kebahagian, dia kunjungi, tidak peduli siang, malam, dekat, jauh, halal, haram, benar, salah, dia kejar yang menurut dia akan ditemukan kebahagian. Berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, perjalanan tersebut dijalani, tibalah pada suatu hari, anak laki-laki dewasa tersebut merenung di suatu tempat yang sepi sambil duduk termenung, karena tidak menemukan kebagiaan yang dicari-carinya tersebut, tiba-tiba teringat akan pesan Bapaknya, (Nak, jangan dibuka surat ini sebelum kau menemukan kebahagian, jika kebahagian yang dicari-cari tidak ditemukan, bukalah surat ini), maka dengan gemetaran, penuh tanda tanya, sambil perlahan membuka surat dari Bapaknya tersebut yang diberikan beberapa tahun yang lalu, setelah dibuka, isi surat tersebut singkat yang isinya, Nak kebagian tersebut ada pada dirimu, bukan di luar dirimu. Anak laki-laki tersebut mulai sadar akan segala pandangan yang salah tentang kebahagian, sambil berkaca-kaca memegang erat surat dari Bapaknya tersebut, ingat akan pesan orang tuanya tersebut dan bergegas pulang ke kampung halamannya.
        Kalau kita mengambil pelajaran dari kisah di atas, bisa ditarik kesimpulan, bahwa kemanapun mencari kebahagian, akan sulit ditemukan, karena sesungguhnya kebahagiaan tersebut terletak di diri kita masing-masing tepatnya di hati kita masing-masing. Kebahagian tidak bisa diukur dengan uang, kebahagian tidak ditentukan oleh kekayaan, kebahagian tidak diukur dengan rumah mewah, kebahagiaan tidak diukur dengan jabatan atau kedudukan, kebahagian tidak diukur dengan mobil mewah, kebahagiaan tidak diukur dengan pacar/istri cantik, kebahagiaan tidak diukur dengan pacar / suami tampan, ternyata kesemua yang sifatnya ekternal tersebut adalah media (medium) perantara, penghubung kebahagian, jika orang tidak bisa menjadikan berbagai medium tersebut sebagai perantara kehahagiaan, maka kebahagian, belum tentu bisa diraihnya, jadi tidak bersifat mutlak, sebab kalau berbagai macam yang sifatnya yang ekternal tersebut sebagai ukuran kebahagiaan, maka pada kebanyakan orang tidak memiliki semua yang sifatnya ekternal tersebut, menjadi tidak berhak bahagia, pada realitasnya tidak sedikit orang dengan segala keterbatasan baik materi maupun non materi, tapi mereka bahagia, dan sebaliknya tidak sedikit orang bergelimang harta tetapi hidupnya tidak bahagia, memang yang bagus kita bergelimang harta disertai hidup bahagia, namun apakah orang yang seumur hidupnya tidak bergelimang harta tidak berhak bahagia, tentu saja kebahagian menjadi hak semua orang, siapapun dia, pada kondisi apapun dia, karena kebahagian bersifat relatif bagi setiap orang.

No comments:

Post a Comment