MENTAL MISKIN (SCARCITY MENTALITY)
Mental miskin dalam bahasa lain adalah mental pengemis, Orang yang yang bermental miskin akan selalu merasa kekurangan, orang bermental miskin selalu takut hartanya habis diambil orang, orang bermental miskin biasanya senang berebut harta kekayaan, orang bermental miskin sangat takut kehabisan harta kekayaannya dibagikan ke-orang lain, makanya orang bermental miskin sangat tidak rela hartanya dinikmati orang lain. Dalam bahasa lain orang bermental miskin siap penerima pemberian orang lain, tetapi mereka tidak siap berbagi ke-orang lain. Dalam pikiran orang bermental miskin harta boleh nasuk, tetapi tidak boleh ke luar. Bila diilustrasikan orang bermental miskin ibarat menampung air yang datang dari berbagai arah, tetapi air tersebut dibendung agar tidak ke luar. Secara logika bila air datang dari berbagai arah, dari berbagai sumber, yang namanya air pasti akan membawa berbagai macam-macam benda, baik yang bersih maupun yang kotor, tidak menutup kemungkinan yang dibawa air tersebut berbagai macam kotoran, segala macam kotoran masuk, ditampung dan tidak boleh ke luar, maka air yang ditampung dengan membawa berbagai macam akan menimbulkan berbagai macam penyakit, secara teori air yang sehat adalah air yang bergerak, air yang mengalir, sebab pada hakekatnya setiap benda di alam semesta ini harus bergerak, ketika benda apapun tidak bergerak, tidak berubah, tidak tumbuh, tidak berkembang maka benda tersebut apapun namanya dinyatakan tidak sehat.
Dalam pengertian lain orang yang menumpuk harta, dimana hartanya tidak pernah dibagikan ke orang lain yang berhak, apalagi harta tersebut tidak bersumber dari sumber yang baik atau tidak halal, maka tidak menutup kemungkinan harta tersebut akan menyebabkan sumber penyakit, sumber bencana, sumber mala petaka, sumber kerusakan dan sumber kehancuran., seperti ilustrasi tadi bila air yang ditampung atau ditimbun di suatu tempat dengan tidak diberi kesempatan mengalir, maka lama kelamaan debit air tersebut semakin lama semakin banyak, semakin melimpas, melebihi daya tampung, bisa menjebolkan tanggul, atau bendungan tersebut, belum lagi kotoran yang dibawa air tersebut, bisa saja membawa bangkai-bangkai binatang yang membawa sumber penyakit yang semakin lama bangkai yang masuk tersebut, atau limbah yang masuk tersebut semakin banyak, semakin menbusuk, bisa dibayangkan, apa jadinya jika semua kotoran, semua bangkai, semua limbah tidak dibuang, tidak dialirkan, maka akan meyebabkan sumber penyakit, sumber bencana, sumber malapetaka.
Pada faktanya kita temukan kenyataan realistis di masyarakat tidak sedikit sumber penyakit, bukan semata-mata dari luar, tetapi sumber penyakit hadir karena dikondisikan baik secara disengaja maupun tidak disengaja, penyakit datang karena ulah orang bersangkutan, penyakit datang karena secara tidak langsung diundang, dalam pengertian yang secara radikal, bahwa orang yang hartanya berlimpah dari hasil keserakahan, hasil dari kerakusan, hasil dari berbagai cara yang mungkin saja tidak halal, maka sebenarnya sedang menghadirkan berbagai sumber penyakit, sumber bencana, sumber kerusakan sesungguhnya karena ulah perbuatan manusia itu sendiri.
Orang yang bermental miskin cenderung bermental pengemis, bermental peminta-minta, mereka lebih suka diberi daripada memberi, mereka tidak mau memberi bukan tidak punya, tetapi mereka takut hartanya habis karena diberikan keorang lain, mereka lebih senang segala gratisan, mereka lebih senang ditraktir darpada mentraktir, saking bermental peminta-minta mereka siap antri bersama orang-orang miskin yang lain, hanya untuk mendapat jatah bagian, sembako, BLT, bahkan uang recehan yang sebenarnya mereka bukan tidak punya uang, tetapi supaya uang pribadinya tidak ke luar dari tempat penyimpanannya. Pernah ditemukan orang keluar dan turun dari mobil mewah memakai perhiasan banyak, tetapi ikut antri untuk mendapatkan jatah bagian pembagian sembako, BLT dan Bantuan Beras Miskin.
Bukankah sumber penyakit berasal dari makanan yang masuk ke lambung dengan tanpa aturan, segala masuk, segala dimakan dengan tidak peduli akibat-akibatnya, segala dikomsumsi dengan tidak peduli halal-haramnya, tidak pernah dikeluarkan zakatnya, tidak dikeluarkan hak untuk anak yatim, maka pada hakikatnya penyakit yang diderita oleh seseorang sebagai akibat sikap serakah mental pengemis, sikap tamak mental peminta-minta, sikap rakus scarcitry mentality, maka agar kita terbebas dari berbagai penyakit, kita tidak bencana, kita tidak menghadirkan kehancuran, salahsatu pilihan yang perlu dipertimbangkan adalah tidak bermental pengemis atau tidak bermental miskin dan mental peminta-minta apalagi bermental penjilat, wallahu a'lam
No comments:
Post a Comment